CERITRA SEORANG ANAK

Kisah ini terjadi kepada diri anak-anak kita yang tidak lagi memiliki sandaran di setiap menapak kehidupannya

Bocah Lelaki bersama Adik perempuannya di Tepi Kubur “Assalamualaikum, Bu,” ucapnya pelan. Nada merendah karenanya. “Maaf ... Adam dan Aisyah  baru sempat jenguk, Ibu,” lirihnya. Napasnya tersengal, tangis pun akhirnya pecah! “Ibu apa kabar? Adam dan Aisyah ada kabar gembira buat, Ibu.” Setengah tawa bercampur tangis. Mata yang sayu mulai berembun. Semua karenanya.

Lelaki kecil bernama Adam dan wanita kecil bernama Aisyah, tersendu pilu memeluk kedua lututnya. “Maaf ...,” lirihnya tertahan. Air matanya berdua kian berlinang. “Aaa ... Adam ... Adam.” Aisyah... Aisyah".. Sesak! Dadanya kian bergemuruh. “Adam dai Aisyah puasanya lancar, Bu. Hiks ... hiks.” 

Adam dan Aisyah, anak yang malang. “Semua teman Adam dan Aisyah di kasih hadiah, Bu,” lirihnya, seiring dengan tangan mengusap wajahnya ber dua. “Adam dan Aisyah  istimewa ya, Bu? Kata kakek", Adam dan adek Aisyah spesial di mata Allah.” Ia curahkan semua kepada ibunya. Entah dengan sang ibu. Apakah ia mendengarnya? 

“Adam dan adek Aisyah sudah berubah, Bu. Tidak lagi ngerepotin kakek". Kakek" bilang baju Adam dan adek Aisyah  masih bagus semua. Makanya Adam dan adek Aisyah nggak beli.” Tersenyum getir. Padahal, hatinya bergetar. “Kalo Ibu gimana? Apakah Allah memberikan baju baru? Kalau iya, Adam dan adek Aisyah  mau menyusul Ibu.” Tak ada tisu untuk mengusap. Yang ada, hanya tangan kumal yang setia menghapus air matanya.

Adam dan Aisyah  berbalik. Menghadap nisan di sebelahnya. “Assalamualaikum, Ayah.” Ia bersihkan rerumputan yang mulai tumbuh di nisan ayahnya. “Maafkan Adam, dan adek Aisyah  Yah. Adam dan adek Aisyah belum bisa menjalankan amanat yang Ayah berikan. Adam dan adek Aisyah masih saja cengeng, terus mengeluh. Padahal, Ayah melarang itu semua.” Hanya bisa menangis! Untuk berhenti pun ia tak mampu. 

“Adam dan adek Aisyah  rindu, Yah. Rindu bermain sama Ayah. Kapan bisa diulang? Adam adek Aisyah  tidak pengen sepeda beroda ... yang Adam mau hanya pundak Ayah yang bisa membuat Adam dan adek Aisyah  tertawa.” Rintik hujan mulai terasa. Awan hitam mulai terlihat. “Adam dan Aisyah pulang dulu, ya. Minal Aidin Wal Faidzin. Adam dan adek Aisyah sayang Ayah dan Ibu.” Setelahnya, lelaki itu pulang dengan sejuta kerinduan.

Tak ada kata yang mewakili rasa selain do'a. Semoga ayah ibu, bahagia di surganya. "Jika kamu masih memiliki sayap yang utuh. Jaga, dan sayangi mereka sebelum terlambat.

Renungan
Tengoklah disekitar kita dan anak yang tak memiliki sandaran punggung menempuh likunya kehidupan,  bersegeralah santuni anak-anak mereka jadikanlah  pintu yang di terangi cahaya untuk hari hari yan bercahaya diri anda 

Mks.8521
Caru Syahrul Caru Syahrul adalah lahir disalah satu Desa Ujung Selatan kota Makassar teletak di timur kota Bulukumba. Menulis puisi adalah salah satu hobi yang dikembangkan, menulis puisi dilakukan sejak duduk dibangku SMP karena menulis puisi adalah mengespresikan jiwa tetang kehidupan dimasa lalu dan dimasa datang

Belum ada Komentar untuk "CERITRA SEORANG ANAK"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel