KAU HANYA BERTOPENG( B

KAU HANYA BERTOPENG
  Karya. Caru Syahrul

Aku melihat yang bertopeng
Wajah-wajah dingin yang berkelebat 
Dalam kabut samar
Dalam kelam dalam diam

Ku menyaksikan 
Wajah serakah yang menjarah
Melahap apa saja 
Meski sudah diberikan 

Segalanya dengan berlimpah ruah
Lalu kenapa kami hanya kamu beri 
Dari sisa-sisa meja makan si serakah 

Yang kamu lap hingga berserak tumpah
Ku menyaksikan di tempat ini tercinta
Selalu dikeduk kekayaannya
Sampai merunduk-runduk bungkuk 

Oleh pengambil kebijakan culas berhati busuk
Bertangan kasar kuat dan culas
Dengan kekuasaan tak terbatas

Kuku lancip mencengkeram kami tertindas
Menggorok tajam pisau cukur 
Mengalirkan darah hitam dalam membuat kebijakan

Menuai kebodohan, penderitaan, tak terukur
Wahai para pemimpin berwajah kubangan 
Ditutupi topeng-topeng kemunafikan

Bersembunyi di balik wajah lembut
Senyum palsu mengatasnamakan lembaga yang tersudutkan
Kenapa kau tega merusak birokrasi diantara kami

Sambil bertepuk dada pongah, terus berdiri 
Atas nama kami dan lembaga ini
Aku selalu menyaksikan juga
Ada pemimpin yang tetap tersenyum ceria
Menyentuh hati dan jiwa tapi..kau tidak.

Semoga jiwamu ....
Di gelap malam lidahmu bercabang 
menjulur panjang
Mendesis bagai ular belang 
Menyebar bisa maut menerjang

Tidak kau lihatkah kami sudah lelah
Kenapa kau memikirkan dirimu dan golonganmu sendiri
Aku melihat pemimpin yang bertopeng

Wajah-wajah dingin yang berkelebat 
Dalam kabut samar dalam kelam dalam diam
Aku melihat pencuri kebijakan hina menikam
Menggarong di seantero
Berlagak priyayi

Membuat kebijakan tak peduli hati
Pantaskah mereka
Bisakah mereka
Jadi panutankah mereka
Kau hanya bisa bertopeng
Negeri ini hancur andai saja kau jadi raja di negeri ini

Mks.6919

Caru Syahrul

Caru Syahrul adalah lahir disalah satu Desa Ujung Selatan kota Makassar teletak di timur kota Bulukumba. Menulis puisi adalah salah satu hobi yang dikembangkan, menulis puisi dilakukan sejak duduk dibangku SMP karena menulis puisi adalah mengespresikan jiwa tetang kehidupan dimasa lalu dan dimasa datang

Bagikan Puisi ini