LENTERA INI TAK ADA TAMPAKAU (b,

LENTERA INI TAK ADA  TAMPA KAU

                Oleh : Caru Syahrul

Rindu di Antara Hujan
Tetes demi tetes air langit membasuh wajahku.
Membasahi tanah  kering.
Bulir itu terpecah saat membentur bumi.

Setiap tetesnya mengandung rindu
Yang terpendam dalam asa
Tak dapat ku cegah segala rasa rindu
Yang kian mendesak.

Ingin segera kucurahkan atau sekedar ku ucap.
Mataku menerawang pada masa laluku
Di mana aku dengan tanpa segan Melompat pada punggung tegapmu

Di mana aku dengan lantang meminta mainan
Atau sekedar merengek minta dibelikan permen lolipop.
Aku tersenyum dalam lamunku.

Masih ku ingat jelas garis tegas rahangmu Menjadikan engkau semakin elok
Masih pula ku rekam suara tegasmu
Namun penuh kasih.

Atau tentang kekarnya tanganmu
Yang dengan mudah mengendongku
Sekedar menaikkan ku pada kursi yang tinggi.
Aku mengingat kembali kecup bibirmu di pipiku.

Terasa hangat hingga hatiku bergetar.
Aku selalu tertawa kala kumis tipis yang terhias diantara hidung
Dan mulutmu menyentuh pipiku.
Membuat aku geli hingga tertawa.

Aku kembali teringat belai tanganmu di antara helaian rambutku
Mengantarkan aku pada alam mimpi.
Akupun teringat kembali pelukan hangatmu Yang mendekap segala kesedihanku.

Saat aku terjatuh ku lihat pancaran Kekhawatiran di matamu ada rasa resah
Dengan lembut kau ucapkan kalimat
Yang membuatku kuat dan bertahan

Engkau memberi pesan lewat imajinasimu
Katamu aku tak boleh menjadi anak yang cengeng.
Katamu aku harus menjadi anak yang kuat.
Meski engkau terkesan galak namun semua itu menjadikanku kuat.

Aku menitipkan rindu ku ini pada ribuan tetes hujan.
Tak usah kau khawatir, aku di sini baik-baik saja.
Tak perlu kau cemas aku di sini selalu tersenyum.

Untukmu Ibu dan ayah aku menitipkan rindu Pada hujan yang menyejukkan ini.
Akan segera kutulis untuk sekedar berbagi cerita dan rasa

Meski kini kita jauh, dan berbeda alam
Setidaknya aku masih dapat memdengar suaramu.
Merekam di setiap tawamu.

Matamu berbinar cerah dan senyummu ada
Karena aku pun demikian
Rindu ini di antara derasnya hujan.
Semoga tetesnya menyampaikan padamu.

Sayangku sebanyak tetes hujan ini.
Tak terhitung.
Aku rindu padamu
Di setiap tetes keringatmu
Di derai lelah napasmu

Penuhi kasih sayang yang luar biasa
Demi aku kau rela disengat matahari
Hujan pun tak dapat membatasimu
Di setiap doaku kau haturkan segenap harapan

Di setiapnafas ku
Di relung hati akan ku hangatkan namamu
Akan ku kobarkan semua impianmu
Hanya untuk menikmati senyummu

Beribu kata telah kau ucapkan
Beribu cinta telah kau berikan
Beribu kasih telah kau berikan
Hanya untuk aku

Kau ajarkan ku tentang kebaikan
Kau tunjukkanku tentang arti cinta
Kau jelaskanku tentang makna kehidupan
Dan kau mendidikku dengan sungguh kasih sayang

Betapa mulianya hati mu
Kau korbankan segalanya demi anakmu
Kau banting tulang hanya untuk anakmu
Kini ku berjanji tuk semua kerja keras hanya untuk mu
Walau kita di alam yang berbada

Matahari enggan bersinar di bumiku yang selalu gelap
Bidadari menjadi lusuh karena sayapnya tak lagi bisa berfungsi
Jika keajaiban terjadi mungkin dia akan terbang pergi
Hilang lenyap usaikan kisah tak layak dikenang

Dunia menjadi tempat amukan kekejaman tanpa ampun menghampiri
Sekuat apa aku menahan?
Bisikan doa terpanjat terus ku pelihara agar meninggi
Menembus awan tebal terdengar hingga langit

Enam puluh usiaku kini, tanpa tiupan lilin dan potongan kue
Tak aku kenal sosok lain selain bidadari yang kini tak ada lagi
Senyum memudar dan tangan yang telah kasar
tak terasa lagi
Tak pernah ada sosok gagah pelindung peri kecil

Mengais kasih dari tumpukan mayat yang mulai membusuk
Dimanakah pelindung itu?
Memanggil berlarian dia ke  penjuru semesta

Fajar telah menyapa pagiku
Kau jadikan hatimu hari untuk pengorbanan
Pengorbanan mencari rezeki
Pengorbanan untuk mencari awal yang baru

Kau ajarkan aku arti perjuangan
Kau ajarkan aku arti kesuksesan
Ibu, Ayah, mungkin tanpamu aku tidak bisa seperti ini

Mungkin tanpamu aku tidak bisa berdiri
Di tengah-tengah impianku..
Impian untuk mencapai kemenangan
Walau engkau tak menatap bola matamu
Ibu dan ayah lentera ini tak akan pernah ada Tampa kau

Mks. 3222

Caru Syahrul Caru Syahrul adalah lahir disalah satu Desa Ujung Selatan kota Makassar teletak di timur kota Bulukumba. Menulis puisi adalah salah satu hobi yang dikembangkan, menulis puisi dilakukan sejak duduk dibangku SMP karena menulis puisi adalah mengespresikan jiwa tetang kehidupan dimasa lalu dan dimasa datang

Belum ada Komentar untuk "LENTERA INI TAK ADA TAMPAKAU (b,"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel